Bengkulu, Narasiberita.co.id.- Pemerintah Provinsi Bengkulu terus menggencarkan upaya menurunkan angka stunting, yang masih menjadi persoalan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di daerah.
Dalam forum Rembuk Stunting yang digelar di Hotel Madelin, Kota Bengkulu, Senin pagi (21/7), Wakil Gubernur Bengkulu Mian menegaskan pentingnya kerja kolaboratif semua pemangku kepentingan dalam mengatasi masalah gizi kronis ini.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Anggota DPR RI, Eko Kurnia Ningsih, sejumlah wakil kepala daerah dari sembilan kabupaten/kota, serta perwakilan lembaga teknis terkait. Suasana forum terasa serius namun penuh semangat. Semua pihak hadir dengan satu tujuan: memutus mata rantai stunting yang mengancam masa depan anak-anak Bengkulu.
Dalam pidatonya, Mian menekankan bahwa penanganan stunting tak bisa dilakukan secara sektoral. Perlu integrasi lintas instansi, dukungan legislatif, hingga partisipasi masyarakat. Dan di antara berbagai strategi yang di kedepankan, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto menjadi tumpuan harapan baru.
“Pak Prabowo telah membuat terobosan besar lewat program MBG. Ini bisa jadi game changer dalam menekan stunting di Indonesia, termasuk di Bengkulu,” ujar Mian di hadapan peserta forum.
Program MBG dirancang untuk menyasar anak-anak usia sekolah di seluruh Indonesia dengan pemberian makanan bergizi setiap hari. Namun manfaatnya tak berhenti di situ. Menurut Mian, program ini punya efek berlapis: memperbaiki asupan gizi, menumbuhkan kesadaran pentingnya makanan sehat, hingga memicu geliat ekonomi lokal melalui keterlibatan petani, peternak, dan UMKM.
“Program ini bukan hanya soal memberi makan gratis. Ini tentang membentuk generasi unggul, menurunkan kemiskinan, dan menghidupkan ekonomi rakyat.”
Di Bengkulu, program MBG mulai tampak implementasinya di Kota Bengkulu. Namun Mian menyoroti pentingnya pemerataan program ini hingga ke pelosok.
“Saya minta tim percepatan stunting di kabupaten/kota segera gerak cepat. Jangan hanya berjalan di kota. Kita ingin anak-anak di desa juga mendapat hak yang sama untuk tumbuh sehat.”
Stunting bukan sekadar urusan angka statistik. Ia adalah ancaman nyata terhadap kualitas generasi mendatang. Anak yang mengalami stunting berisiko lebih rendah dalam hal kecerdasan, produktivitas, bahkan daya tahan tubuh.
Di forum itu, Mian mengajak seluruh unsur daerah agar tidak menjadikan penanganan stunting sebagai proyek tahunan, melainkan perjuangan bersama yang harus dituntaskan.
Dalam catatan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, prevalensi stunting memang menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Namun angka tersebut masih berada di atas target nasional. Oleh karena itu, semua intervensi—baik dari sektor kesehatan, pendidikan, pangan, hingga infrastruktur sanitasi—harus berjalan selaras dan cepat.
Sementara itu, Anggota DPR RI, Eko Kurnia Ningsih yang hadir dalam acara tersebut menegaskan bahwa dukungan legislatif untuk program MBG dan percepatan penanganan stunting sangat kuat. Ia menyebut bahwa DPR RI siap mengawal alokasi anggaran agar program ini berkelanjutan dan menjangkau lebih luas.
“Kalau kita bicara masa depan bangsa, maka perut dan otak anak-anak kita harus jadi prioritas. Program MBG adalah langkah cerdas dan bermartabat,” ujar Eko.