Kepala BPS Win Rizal Ajak Media di Bengkulu Meningkatkan Literasi Statistik untuk Publik
Bengkulu, Narasiberita.co.id.- Di era banjir informasi seperti sekarang, data bukan lagi sekadar angka di atas kertas. Ia menjadi fondasi utama dalam setiap pengambilan keputusan, baik oleh pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat luas.
Namun, satu persoalan yang kerap muncul adalah kesenjangan pemahaman publik terhadap angka-angka statistik yang sejatinya sangat penting. Inilah yang coba dijembatani Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Benkulu melalui program Kolaborasi Pagi Pahami Angka Statistik (Kopi Pas).
Digelar pada Rabu pagi, 30 Juli 2025, di Aula Rafflesia Kantor BPS Provinsi Bengkulu, acara ini menghadirkan puluhan insan media serta perwakilan humas dari berbagai instansi pemerintah di Bengkulu.
Suasana yang akrab dan santai namun tetap substantif menyelimuti ruangan saat acara dimulai, menandai semangat baru BPS dalam memperkuat hubungan strategis dengan para penyampai informasi kepada publik.
Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal ME, membuka acara dengan penekanan kuat pada pentingnya sinergi antara lembaga statistik dan media massa. Dalam pandangannya, media memegang peranan vital dalam menyampaikan data statistik ke masyarakat luas dengan cara yang mudah dipahami.
“Angka statistik bisa menjadi dasar yang kuat bagi kebijakan publik. Namun, jika penyampaiannya keliru atau tidak tersampaikan dengan baik, maka dampaknya pun bisa jauh dari harapan. Di sinilah pentingnya kita menyamakan persepsi, agar media bisa turut menyampaikan informasi statistik yang akurat, utuh, dan kontekstual,” ujarnya.
Win juga menambahkan bahwa program Kopi Pas bukan sekadar forum diskusi biasa. Melainkan bentuk nyata komitmen BPS untuk meningkatkan literasi statistik dan menghapus jarak antara pengolah data dan pengguna informasi.
Salah satu bagian paling menarik dalam kegiatan ini adalah sharing session, di mana sejumlah indikator statistik utama Bengkulu dibedah dengan lugas dan terbuka. Mulai dari perkembangan angka inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka, hingga pergeseran pola konsumsi masyarakat pasca-pandemi.
Melalui forum ini, para jurnalis tidak hanya menerima data mentah, tetapi juga diajak memahami narasi di balik angka—mengapa angka pengangguran bisa turun, apa yang menyebabkan inflasi melonjak, serta sektor mana yang menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi di Bengkulu.
“Data yang kami sajikan tidak hanya untuk kalangan akademisi atau birokrat. Tapi juga harus mampu dipahami oleh pelaku UMKM, mahasiswa, petani, nelayan, dan masyarakat pada umumnya,” tambah Win.
Win Rizal berharap, dengan pemahaman yang lebih baik terhadap data, media bisa memainkan peran strategis dalam menciptakan masyarakat yang kritis dan melek informasi. Statistik bukan untuk ditakuti, tetapi untuk digunakan sebagai alat bantu membuat keputusan yang lebih bijak.
“Kami tidak ingin statistik hanya jadi konsumsi kalangan tertentu. Lewat teman-teman media, kami ingin memastikan bahwa informasi tentang perekonomian, demografi, hingga ketenagakerjaan bisa menjangkau semua lapisan masyarakat,” ujarnya lagi.
Dalam sesi dialog, sejumlah jurnalis juga menyampaikan harapan agar BPS lebih aktif mengemas data dalam format yang mudah dicerna publik, seperti infografis, video singkat, dan storytelling berbasis data.
Digitalisasi dan Inovasi Pelayanan
Tak hanya diskusi, para peserta juga diajak mengunjungi ruang pelayanan publik BPS Provinsi Bengkulu yang kini telah mengadopsi sistem berbasis digital. Layanan informasi kini dapat diakses lebih cepat dan efisien, bahkan bisa diunduh langsung dari rumah melalui situs resmi BPS.
Fitur-fitur digital seperti Data Mart, Statistik Lengkap Bengkulu, hingga e-Infografis mendapat apresiasi dari peserta yang hadir. BPS terus mendorong inovasi agar pelayanan publik semakin responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Dalam penutupnya, Win Rizal menyampaikan harapan agar kegiatan seperti Kopi Pas dapat menjadi agenda rutin untuk memperkuat ekosistem informasi yang sehat dan kredibel di Provinsi Bengkulu.
“Statistik bukan sekadar angka. Ia adalah cerita tentang masyarakat, tentang perubahan, dan tentang arah masa depan kita. Mari kita jadikan data sebagai sahabat dalam memahami dunia,” pungkasnya.