Buloq Bengkulu Gelar Gerakan Pangan Murah Serentak di 129 Titik

Bengkulu, Narasiberita.co.id.- Ratusan warga berbondong-bondong mengantre sejak pagi di halaman kantor kecamatan, balai desa, hingga lapangan terbuka, Sabtu (30/8/2025).

Mereka rela menunggu di bawah terik matahari demi mendapatkan beras, minyak goreng, dan gula pasir dengan harga lebih murah dari pasaran.

Pemandangan itu terjadi serentak di seluruh kabupaten dan kota se-Provinsi Bengkulu. Perum Bulog Kantor Wilayah Bengkulu bersama pemerintah daerah menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di 129 titik. Momen ini sekaligus menjadi bagian dari peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Dalam GPM, Bulog menyediakan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), minyak goreng, gula pasir, serta kebutuhan pokok lain dengan harga lebih rendah. Misalnya, beras SPHP dijual sekitar Rp 10.600 per kilogram, lebih murah dibanding harga pasar yang bisa tembus Rp 12.000–Rp 13.000 per kilogram.

Kepala Perum Bulog Kanwil Bengkulu Dody Syahrial, menjelaskan bahwa GPM serentak ini merupakan salah satu upaya strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan sekaligus menekan laju inflasi daerah.

Gerakan Pangan Murah bukan sekadar aksi menjual bahan pokok murah. Lebih dari itu, program ini menjadi strategi jangka panjang dalam memperkuat ketahanan pangan. Dengan memanfaatkan stok beras SPHP, Bulog sekaligus menjaga agar harga pangan di pasar tidak melonjak liar.

“Beras SPHP adalah instrumen negara untuk menahan gejolak harga. Jadi tidak hanya masyarakat yang diuntungkan, tetapi juga pedagang dan stabilitas ekonomi daerah,” jelas Dody.

Menurutnya, GPM akan terus digelar secara berkala, tidak hanya saat ada momentum khusus seperti HUT RI.
Bagi pemerintah, GPM adalah instrumen penting untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Inflasi pangan menjadi salah satu penyumbang terbesar inflasi di Bengkulu, terutama beras dan minyak goreng.

Dengan hadirnya GPM, masyarakat bisa bernapas lega, meski hanya sementara.

“Harapannya, warga benar-benar terbantu. Dan yang terpenting, tidak ada lagi permainan harga di lapangan,” pungkas Dody.

Meski disambut antusias, sebagian warga berharap GPM tidak berhenti hanya di acara seremonial. Pasalnya, lonjakan harga pangan hampir selalu menjadi momok, terutama menjelang akhir tahun atau musim paceklik.

“Kalau bisa jangan setahun sekali. Minimal sebulan sekali ada, biar masyarakat kecil kayak kami bisa bernapas,” ungkap Maman, buruh harian lepas. (NB)