Bengkulu, Narasiberita.co.id.-Waspadai Inflasi Meningkat Menjelang Natal dan Tahun Baru, Pemda Bengkulu Diimbau Antisipasi Kenaikan Harga Pangan.
Meski inflasi Bengkulu dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan tren penurunan, Pemerintah Daerah diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kondisi ini bisa mempengaruhi harga pangan, yang cenderung fluktuatif dan sering kali mengalami kenaikan pada periode akhir tahun.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME, inflasi Bengkulu tercatat minus 0,28 persen (month-to-month) pada September 2024.
Penurunan ini dipicu oleh turunnya harga pada kelompok bahan pangan, yang turut mendorong deflasi di sejumlah komoditas.
Namun, ia memperingatkan bahwa situasi ini belum tentu berlanjut hingga akhir tahun.
“Kita harus jaga harga, karena beras sudah mulai merangkak naik, dan bukan berarti komoditas lain yang saat ini turun, seperti cabai rawit, cabai merah, dan bawang, tidak akan naik. Jelang Natal dan Tahun Baru, harga-harga ini akan ikut bergerak naik,” ujar Win Rizal.
Periode akhir tahun kerap diwarnai kenaikan harga sejumlah komoditas pokok.
Disamping bahan pangan, lonjakan harga pada sektor lain, seperti angkutan udara dan penyediaan jasa, juga menjadi pendorong utama inflasi.
Win Rizal menegaskan bahwa tim pengendali inflasi daerah perlu bekerja ekstra untuk mengantisipasi kenaikan harga di sektor-sektor ini.
“Kenaikan harga pangan ini sering kali terjadi bersamaan dengan kenaikan tarif angkutan udara dan sektor jasa lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dari tim pengendali inflasi daerah agar lonjakan inflasi bisa ditekan,” jelasnya.
Ia menambahkan, kenaikan inflasi di akhir tahun tidak hanya dipengaruhi oleh faktor suplai dan permintaan, tetapi juga oleh faktor psikologis masyarakat.
Banyak masyarakat yang terdorong untuk berbelanja lebih dari kebutuhan mereka menjelang perayaan besar, seperti Natal dan Tahun Baru.
Perilaku konsumtif ini bisa menjadi faktor pemicu lonjakan inflasi yang cukup signifikan.
“Kadang inflasi itu bukan sekadar soal supply dan demand. Kebutuhan sebenarnya cukup, tetapi ketika Natal, masyarakat cenderung berbelanja lebih banyak dari biasanya. Jadi, ada faktor psikologis yang turut berperan,” ungkapnya.
Guna mengendalikan kenaikan inflasi, Win Rizal menekankan perlunya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai konsumsi yang bijak, terutama di masa-masa liburan akhir tahun.
“Dibutuhkan edukasi dan sosialisasi yang baik di tengah masyarakat untuk memastikan belanja sesuai kebutuhan. Jadi, bukan sekadar masalah stok barang, tetapi juga soal kebiasaan konsumsi masyarakat. Himbauan ini perlu ditekankan agar masyarakat tidak boros menjelang Natal,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menyebutkan perlunya pengawasan ketat terhadap rantai distribusi barang di pasar agar tidak terjadi penimbunan yang bisa memicu kelangkaan.
Pengendalian harga juga diharapkan dapat dilakukan melalui operasi pasar jika ditemukan kenaikan harga yang tidak wajar.
BPS Provinsi Bengkulu menilai pencapaian inflasi di wilayah ini masih cukup terkendali.
Namun, Win Rizal berharap agar inflasi di tiga bulan terakhir tahun ini tidak mengalami lonjakan yang mengganggu stabilitas harga.
“Harapannya, harga-harga tetap terkendali dalam tiga bulan terakhir ini. Ini memang pekerjaan rumah yang cukup berat, tetapi kami optimis bahwa inflasi dapat tetap berada di rentang target antara 1,5 hingga 3,5 persen,” tuturnya.
Menjaga inflasi di rentang target 2,5 persen ± 1 persen merupakan tantangan tersendiri bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu, terlebih dengan adanya risiko kenaikan harga komoditas dan sektor lainnya menjelang akhir tahun.
Meski deflasi terjadi dalam beberapa bulan terakhir, faktor musiman menjelang libur panjang berpotensi mendongkrak harga.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu dan tim pengendali inflasi daerah berencana melakukan beberapa langkah strategis untuk memastikan stabilitas harga.
Selain memperkuat pengawasan di pasar, pemda juga berencana menggelar rapat koordinasi untuk memetakan potensi kenaikan harga serta merumuskan langkah konkret yang dapat diambil.
“Kita akan memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pihak transportasi dan distributor barang. Harapannya, inflasi dapat dikendalikan dengan baik tanpa ada lonjakan harga yang berarti,” ungkapnya.
Sebagai bentuk antisipasi tambahan, pemerintah daerah juga disarankan untuk mengoptimalkan peran operasi pasar dalam mengendalikan harga pangan.
Operasi pasar dianggap efektif untuk menekan harga komoditas yang mengalami lonjakan tak wajar, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.
Menjelang akhir tahun, masyarakat Bengkulu diharapkan untuk tetap bijak dalam mengatur konsumsi, terutama bagi yang merayakan Natal dan menyambut Tahun Baru.
Kenaikan harga komoditas yang kerap terjadi pada momen ini menjadi salah satu alasan pentingnya langkah antisipasi dini.
“Semoga dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan, inflasi di Bengkulu bisa tetap stabil. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah,” tutup Win Rizal. (nb)